Malaikat tanpa sayap

21.34 kataku rasa-rasa 0 Comments

Assalamualaikum...
Selamat pagi ...
Hari ini , pagi ini aku mendadak cengeng , diam merenung menangisi sebuah kerinduan. Ya , kerinduan terhadap sesuatu yang tak pernah ku harapkan untuk pergi, dan berharap bisa menemaniku hingga suksesku nanti. Ibu

Apa kabar kamu malaikat tanpa sayapku? Masihkah ingat kamu akan diriku? Yang sempat menyakiti dirimu bahkan mungkin perasaanmu, atas ke rewelanku, kenakalanku, manjaku semasa itu. Apakah kau merindukanku juga saat ini? Aku harap jawabannya iya , aku disini selalu mengingatmu, menyelipkan dalam setiap doa yang selalu ku panjatkan , berharap kau telah lebih bahagia disana karena kau tlah selangkah lebih dekat dengan-Nya.

Saat ini air mata ku tlah tak dapat ku bendung lagi, sampai akhirnya tumpah ruah di pipiku, semoga kau tak melihatnya. Aku tak ingin kau melihatku dalam kondisi yang menurutku sangat memalukan , muka jelek dengan air mata dan ingus layaknya anak kecil.

Lekas ku ambil wudhu. Setelah badan ini suci dari najis, ku ambil ember yang tlah berisi air dan bunga. Setelah itu langkah ku menuntunku pada suatu tempat, tempat yang membuat malaikat tanpa sayapku nyaman *semoga. Ku sirami tanah tandus itu sebari berharap air yang ku bawa ikut menyejukkannya, dan wangi bunga menyerbak ikut membuat mu menghirup wanginya. Ku buka al-quran yang kubawa dan kulantunkan ayat-ayatnya berharap yang kubaca dapat terdengar olehmu dan menjadi penyejukmu disana . Tak lupa ku selipkan doa dan satu kata yang ingin aku ucapkan padamu secara langsung " ibu , aku rindu. Rindu sekali" rasa yang sedari tadi ku tahan hingga membuat dadaku sesak , kini tak dapat ku tahan lagi. Terdiam dalam tangis.

Terlintas akan gerak gerik dan kebiasaan yang biasa kau lakukan denganku. Ada satu kebiasaan yang sangat aku rindukan , kebiasaan yang mungkin tak orang lain lakukan. Dulu waktu kau masih disini, tubuhku masih tak sebesar ini, dan masih tak tau apa itu sholat, untuk apa itu dilakukan, kau perkenalkan itu padaku. Setiap kau lakukan itu 5 kali dalam sehari, ku lihat wajahmu yang bersih berseri segar oleh basuhan air wudhu , ku lihat setiap komat-kamit mulutmu dan gerakan-gerakan yang menyertainya . Ku perhatikan dan ku tunggu sampai itu selesai dengan diam layaknya orang yang mengerti bahwa itu hal yang semestinya di lakukan. Setelah itu selesai kau mengucapkan salam dan menunduk dengan menengadahkan tanganmu, entah apa yang kau ucapkan . Ku tunggu dengan tenang. Dan akhirnya yang ku tunggu akan terjadi . Kau ucapkan doa di atas kepalaku "semoga jadi anak yang pinter, yang baik, pinter ngaji, jadi orang sukses nantik ya nak" lalu kau tiup ubun-ubunku dan mencium keningku. Rasanya , tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata mungkin itu yang dinamakan angin surga. Menyejukkan , menenangkan, wangi dan kenyaman yang tak bisa tergambarkan dengan kata-kata. Tak hanya itu, aku rindu berada di dekapanmu, hangat tubuhmu, wangi tubuhmu dan segala yang ada pada dirimu.

Sekarang semua itu tak bisa aku rasakan. Melihatnya saja aku tak kuasa apalagi merasakannya. Tak hanya rasa rindu yang menyerang bahkan timbul beribu penyesalan di sini. Menyesal tak sempat memelukmu dalam sehatmu, tak sempat menciummu dalam sehatmu, tak sempat mengucapkan kata-kata sayangku padamu, tak sempat mengucapkan rasa maafku yang mendalam kala sehatmu, tak sempat memperlihatkan suksesku yang kau harapkan, dan berbagai penyesalan lainnya. Entah bagaimana mengobati rasa ini. Sekarang yang ku bisa lakukan hanya mendoakanmu dari kejauhan, berharap kau tau rasaku dan Allah berikan kesempatan padaku untuk bertemu dengan mu dalam mimpi dan sempat menyampaikan maaf dan rasa rinduku. Aku harap ada yang meng-aminkan :)

Untuk kalian yang membaca ini. Aku hanya bisa berkata , cintailah ibumu , malaikat yang Tuhan berikan padamu, malaikat tercantik dan terbaik dengan pelukan paling menenangkan. Jangan malu untuk mengungkapkan sayangmu padanya, peluk dan ciumlah dia selagi kau bisa melakukannya. Jaga dia terutama perasaannya. Jangan pernah menyakitinya sekalipun .

Terima kasih

Miss you MOM

0 komentar: